Analisa
Ultimat pada batubara bertujuan untuk mengetahui informasi berupa kandungan
karbon (C), hidrogen (H), Nitrogen (N), dan Oksigen (O2), serta
Sulfur (S) yang terkandung didalam batubara. Jika ditinjau dari segi kualitas
batubara, sebuah batubara dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila
memiliki kandungan karbon yang tinggi. Semakin tinggi kandungan karbon, maka
akan semakin besar kalor yang akan dihasilkan.
Tumpukan Batubara
Analisa
Ultimat menghitung kandungan yang dimiliki oleh batubara melalui proses
pembakaran. Sampel batubara yang akan diuji terlebih dahulu dipilah (pemilahan
didasarkan sampel batubara yang mewakili), sampel tersebut kemudian dibakar
pada suhu tertentu. Sederhananya, proses pembakaran batubara akan melalui
sebuah alat yang dinamakan vacum. Vacum kemudian akan menyerao zat-zat
yang dihasilkan dari pembakaran batubara dalam bentuk cairan. Cairan ini
disebut sebagai blanko.
Analisis
Ultimat pada kandungan Batubara
Karbon dan Hidrogen
Keduanya
dibebaskan sebagai CO2 dan H2O ketika batubara dibakar. CO2
dapat berasal dari mineral karbona yang terkandung pada batubara,
sedangkan H2O dapat berasal dari mineral lempung, atau inherent moisture pada batubara adb (air dried basis) atau keduanya. Nilai
karbon akan bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas batubara. Kadar karbon
dan jumlah zat terbang yang didapat digunakan sebagai perhitungan dalam menilai
kualitas bahan bakar, yaitu berupa fuel
ratio.
Nitrogen
Kandungan
Nitrogen (N) dari batubara berkaitan dengan polusi yang dihasilkkan pada saat
ppembakaran dari batubara. Semakin tinggi kandungan Nitrogen yang dimiliki,
maka semakin besar tingkat polusi yang dihasilkan dari batubara pada saat
proses pembakaran. Sehingga batubara dengan kandungan Nitrogen yang rendah
lebih diharapkan oleh industri. Untuk informasi, batubara tidak boleh
mengandung lebih dari 1.5-2.0% (dried ash
free).
Oksigen
Oksigen
(O2) merupakan komponen dari campuran material organik maupun
anorganik yang terdapat didalam batubara. Pada saat batubara mengalami oksidasi,
oksigen akan terbentuk sebagai oksida, hidroksida dan mineral sulfat. Oksigen
juga digunakan sebagai indikator penentu coal
rank.
Sulfur
Sulfur
yang terkandung didalam batubara dapat berupa material carbonaceous atau dapat pula berupa mineral seperti sulfat dan
sulfida. Gas sulfur oksida yang terbentuk pada saat proses pembakaran batubara
akan menghasilkan dampak polusi yang cukup berbahaya. Batubara yang mengandung
kadar sulfur tinggi tidak diinginkan oleh konsumen. Sulfur dapat menyebabkan
korosi dan pengotoran pada pipa boiler
dan menyebabkan polusi udara pada saat udara hasil pembakaran dikeluarkan sebagai
asap cerobong.
Kandungan
total dari sulfur pada batubara yang digunakan pada pembangkit listrik tidak
boleh melebihi 0.8-1% (air dried). Sedangkan
pada Industri semen, kandungan total sulfur >2% masih dapat diterima, namun
pada jenis coking coal (batubara yang
memiliki kemampuan untuk menjadi kokas), diperlukan maksimum sebesar 0.8% (air dried) karena akan mempengaruhi kualitas
material yang dihasilkan.
0 komentar:
Posting Komentar