Memberikan Ilmu-Ilmu Yang Berkaitan Seputar Tambang, Baik Pelajaran Dasar Maupun Ilmu Lanjutan. Membahas Informasi Seputar Tambang Baik Di Dalam Maupun Luar Negeri.

Senin, 30 April 2018

Lingkungan Pengendapan Batubara


Pembentukan batubara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi lingkungan dan geologi disekitarnya. Distribusi lateral, ketebalan, komposisi dan kualitas batubara banyak dipengaruhi oleh lingkungan pengendapanya.

Macam-macam lingkungan pengendapan batubara:
Telmatis/Terestrial
Lingkungan yang berada pada daerah pasang surut ini menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan tumbuh secara insitu (forest peat, reed peat dan high moor moss peat)
Limnik
Lingkungan ini terendapkan di bawah air rawa danau. Batubara yang terendapkan pada lingkungan telmatis dan limnis sulit dibedakan karena pada rawa danau biasanya ada bagian pengendapan yang berada di bawah air (feed swamp)
Marine
Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini mempunyai ciri khas kaya abu, sulfur dan nitrogen yang mengandung fosil laut. Untuk daerah tropis biasanya terbentuk dari mangrove (bakau) dan kaya akan mineral sulfur.
Ca-rich
Lingkungan ini menghasilkan batubara yang kaya akan Ca dan mempunyai ciri yang sama pada endapan payau. Batubara Ca-rich selalu terjadi pada lingkungan bawah air dengan kondisi oksigen terbatas. Lingkungan pengendapan ini juga banyak mengandung fosil. Batubara Ca-rich banyak mengasilkan bitumen.



Lebih lanjut menurut Diessel (1992) menjelaskan karakteristik lingkungan pengendapan batubara sebagai berikut :

Braid Plain
Merupakan dataran aluvial yang terdapat diantara pegunungan, dimana terendapkan sedimen berukuran kasar (> 2 mm). Batubara yang terbentuk pada daerah ini merupakan hasil diagenesa gambut ombrogenik yang mempunyai penyebaran lateral terbatas dengan ketebalan rata-rata 1,5 m.
Kandungan abu, total sulfur dan vitrinitnya umumnya rendah, sementara pada daerah tropis kandungan vitrinit umumnya tinggi. Pada bagian tengah lahan gambut umumnya kaya maseral inertinit (28%) karena suplai nutrisi yang terbatas. Kandungan inertinit (khususnya semifusinit) yang sangat besar memnyebabkan nilai TPI (Tissue Prevation Index, menyatakan perbandingan struktur material yang terendapkan dengan yang tidak terendapkan) relatif tinggi yang sekaligus menunjukan bahwa tumbuhan asalnya didominasi oleh bahan kayu. Sementara itu nilai GI (Gelification Indexkontinuitas kelembaban pada lahan gambut serta menyatakan perbandingan antara maseral yang terbentuk karena proses gelifikasi dan maseral yang terbentuk akibat proses oksidasi) yang rendah dan warna batubara yang buram dapat menunjukan bahwa secara periodik permukaan gambut mengalami kekeringan dan proses oksidasi. Kandungan abu yang kadang ditemukan cukup tinggi (± 20%), kemungkinan dapat berasal dari banjir musiman dan keluarnya air dari tanah kepermukaan.

Alluvial Valley dan Upper Delta Plain
Kedua lingkungan ini sulit dibedakan karena adanya kesamaan litofasies dan sifat batubara yang terbentuk sehingga pembahasan dapat disatukan. Lingkungan ini merupakan transisi dari lembah dan dataran aluvial dengan dataran delta, umumnya melalui sungai berstadium dewasa yang memiliki banyak meander (lekukan sungai yang hampir membentuk setengah lingkaran). Lapisan batubara umumnya memiliki ketebalan bervariasi dan endapan sedimen terutama terdiri atas perselingan batupasir dan lanau/lempung.
Gambut dapat terakumulasi pada berbagai morfologi seperti rawa, dataran dan cekungan banjir, bagian luar saluran sungai dan lain-lain. Permukaan cenderung selalu basah dan jarang mengalami periode kemarau sehingga menghasilkan endapan batubara yang mengkilap dengan nilai TPI dan GI relatif tinggi serta didominasi oleh maseral telovitrinit/humotelitin dan secara kualiatas memiliki kandungan abu dan sulfur yang rendah dibanding batubara pada lingkungan lain

Lower Delta Plain
Lingkungan ini dibedakan dengan upper delta plain dari tingkat pengaruh pasang air laut terhadap sedimentasi, dimana batas antara keduanya adalah pada daerah batas tertinggi dari air pasang. Endapan sedimen pada lower delta plain terutama dari batulanau, batulempung dan serpih yang diselingi oleh batupasir halus.
Pada saat pasang naik air laut akan membawa nutrisi kedalam rawa gambut sehingga memungkinkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, namun di sisi lain dengan naiknya batas pasang maka akan ternendapkan sedimen klasitik halus yang akan menjadi pengotor dalam batubara.
Disamping itu, pengaruh laut akan meningkatkan kandungan pirit dalam batubara yang terbentuk dari reduksi sulfat yang terdapat dalam air laut. Menurut Horne dan Ferm (1978), batubara yang ternendapkan dalam lingkungan ini memiliki penyebaran luas tetapi ketebalan tipis, batubaranya memiliki kandungan inertinit yang rendah dengan nilai GI yang tinggi. Kandungan vitrinit/huminit nya terutama didominasi oleh detrovitrinit/humotellinit sehingga nulai TPI nya relatif rendah. Hal ini menunjukan tingginya proporsi tumbuhan dengan jaringan lunak (soft – tissued plant) dan bio degradasi pada kondisi pH yang relatif tinggi

Barrier Beach
Pada lingkungan ini, morfologis garis pantai dikontrol oleh rasio suplai sedimen dengan daerah pantai, yaitu gelombang pasang dan arus. Jika nilai rasio tinggi maka akan terbentuk delta, namun jika nilai rasio rendah maka sedimentasi akan terdistribusi di sepanjang pantai.
Rawa gambut pada barrier beach memiliki permukaan yang relatif lebih rendah terhadap muka air laut sehingga sering kebanjiran dan ditumbuhi alang-alang. Gambut yang akan terakumulasi di suatu tempat jika fluktuasi air pasang tidak tinggi sehingga timbunan material gambut tidak berpindah tempat. Dengan demikian rawa gambut pada lingkungan ini sangat dipengaruhi oleh regresi dan trangresi air laut.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Follow on Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.