Pembentukan batubara tidak dapat dipisahkan dengan
kondisi lingkungan dan geologi disekitarnya. Distribusi lateral, ketebalan,
komposisi dan kualitas batubara banyak dipengaruhi oleh lingkungan
pengendapanya.
Macam-macam lingkungan pengendapan batubara:
Telmatis/Terestrial
Lingkungan yang berada pada daerah pasang surut ini
menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan tumbuh secara insitu (forest peat, reed
peat dan high moor moss peat)
Limnik
Lingkungan ini terendapkan di bawah air rawa danau.
Batubara yang terendapkan pada lingkungan telmatis dan limnis sulit dibedakan
karena pada rawa danau biasanya ada bagian pengendapan yang berada di bawah air (feed
swamp)
Marine
Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini
mempunyai ciri khas kaya abu, sulfur dan nitrogen yang mengandung fosil laut. Untuk daerah
tropis biasanya terbentuk dari mangrove (bakau) dan kaya akan mineral sulfur.
Ca-rich
Lingkungan ini menghasilkan batubara yang kaya akan
Ca dan mempunyai ciri yang sama pada endapan payau. Batubara Ca-rich selalu
terjadi pada lingkungan bawah air dengan kondisi oksigen terbatas. Lingkungan
pengendapan ini juga banyak mengandung fosil. Batubara Ca-rich banyak
mengasilkan bitumen.
Lebih lanjut menurut Diessel (1992) menjelaskan
karakteristik lingkungan pengendapan batubara sebagai berikut :
Braid Plain
Merupakan dataran aluvial yang terdapat diantara
pegunungan, dimana terendapkan sedimen berukuran kasar (> 2 mm). Batubara yang
terbentuk pada daerah ini merupakan hasil diagenesa gambut ombrogenik yang
mempunyai penyebaran lateral terbatas dengan ketebalan rata-rata 1,5 m.
Kandungan abu, total sulfur dan vitrinitnya umumnya
rendah, sementara pada daerah tropis kandungan vitrinit umumnya tinggi. Pada
bagian tengah lahan gambut umumnya kaya maseral inertinit (28%) karena suplai
nutrisi yang terbatas. Kandungan inertinit (khususnya semifusinit) yang sangat
besar memnyebabkan nilai TPI (Tissue Prevation Index, menyatakan perbandingan struktur material yang terendapkan dengan yang tidak terendapkan) relatif tinggi yang sekaligus menunjukan bahwa
tumbuhan asalnya didominasi oleh bahan kayu. Sementara itu nilai GI (Gelification Index, kontinuitas kelembaban pada lahan gambut serta menyatakan perbandingan antara maseral yang terbentuk karena proses gelifikasi dan maseral yang terbentuk akibat proses oksidasi) yang rendah
dan warna batubara yang buram dapat menunjukan bahwa secara periodik permukaan
gambut mengalami kekeringan dan proses oksidasi. Kandungan abu yang kadang
ditemukan cukup tinggi (± 20%), kemungkinan dapat berasal dari banjir musiman
dan keluarnya air dari tanah kepermukaan.
Alluvial Valley dan Upper Delta Plain
Kedua lingkungan ini sulit dibedakan karena adanya
kesamaan litofasies dan sifat batubara yang terbentuk sehingga pembahasan dapat
disatukan. Lingkungan ini merupakan transisi dari lembah dan dataran aluvial
dengan dataran delta, umumnya melalui sungai berstadium dewasa yang memiliki
banyak meander (lekukan sungai yang hampir membentuk setengah lingkaran). Lapisan batubara umumnya memiliki ketebalan bervariasi dan
endapan sedimen terutama terdiri atas perselingan batupasir dan lanau/lempung.
Gambut dapat terakumulasi pada berbagai morfologi
seperti rawa, dataran dan cekungan banjir, bagian luar saluran sungai dan
lain-lain. Permukaan cenderung selalu basah dan jarang mengalami periode
kemarau sehingga menghasilkan endapan batubara yang mengkilap dengan nilai TPI
dan GI relatif tinggi serta didominasi oleh maseral telovitrinit/humotelitin
dan secara kualiatas memiliki kandungan abu dan sulfur yang rendah dibanding
batubara pada lingkungan lain
Lower Delta Plain
Lingkungan ini dibedakan dengan upper delta plain
dari tingkat pengaruh pasang air laut terhadap sedimentasi, dimana batas antara
keduanya adalah pada daerah batas tertinggi dari air pasang. Endapan sedimen
pada lower delta plain terutama dari batulanau, batulempung dan serpih yang
diselingi oleh batupasir halus.
Pada saat pasang naik air laut akan membawa nutrisi
kedalam rawa gambut sehingga memungkinkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik,
namun di sisi lain dengan naiknya batas pasang maka akan ternendapkan sedimen
klasitik halus yang akan menjadi pengotor dalam batubara.
Disamping itu, pengaruh laut akan meningkatkan
kandungan pirit dalam batubara yang terbentuk dari reduksi sulfat yang terdapat
dalam air laut. Menurut Horne dan Ferm (1978), batubara yang ternendapkan dalam
lingkungan ini memiliki penyebaran luas tetapi ketebalan tipis, batubaranya
memiliki kandungan inertinit yang rendah dengan nilai GI yang tinggi. Kandungan
vitrinit/huminit nya terutama didominasi oleh detrovitrinit/humotellinit
sehingga nulai TPI nya relatif rendah. Hal ini menunjukan tingginya proporsi
tumbuhan dengan jaringan lunak (soft – tissued plant) dan bio degradasi pada
kondisi pH yang relatif tinggi
Barrier Beach
Pada lingkungan ini, morfologis garis pantai
dikontrol oleh rasio suplai sedimen dengan daerah pantai, yaitu gelombang
pasang dan arus. Jika nilai rasio tinggi maka akan terbentuk delta, namun jika
nilai rasio rendah maka sedimentasi akan terdistribusi di sepanjang pantai.
Rawa gambut pada barrier beach memiliki permukaan
yang relatif lebih rendah terhadap muka air laut sehingga sering kebanjiran dan
ditumbuhi alang-alang. Gambut yang akan terakumulasi di suatu tempat jika
fluktuasi air pasang tidak tinggi sehingga timbunan material gambut tidak
berpindah tempat. Dengan demikian rawa gambut pada lingkungan ini sangat
dipengaruhi oleh regresi dan trangresi air laut.
0 komentar:
Posting Komentar